Tok... Tok... Tok... Satu, dua, ketuk dianggurkan Ada salam yang terabaikan Matamu menyala lalu kembali terpadamkan
Barangkali tahi-tahi dunia singgah di pendengaran Barangkali temaram di sana jauh lebih menenangkan Barangkali kebutaan dalam lelapmu lebih mendamaikan
Sahutan yang dinanti kautolak datang Tuan rumah sibuk merajut mimpi pada berantaknya ranjang Ada bebunyian... cuma dengkuran panjang Lenguh-dengus bani adam yang mengulang palang
Pada nurani yang mengetuk pintu hatimu Kau memilih untuk menggagu Kau terlalu kelabu untuk mengelu Terlampau berdedak untuk mengaku Seperti lumpur yang mencelupkan ujung sepatu Menjejak jijik atas pualam sayu Berkerak berkeras lalu membatu Sampai air pun tak sudi menenun sucimu